Kamis, 14 Juli 2011

MUI Jakut: Penyimpangan Akidah Sering Terjadi di Makam Mbah Priok

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Utara (Jakut) prihatin dengan praktik kemusyrikan yang terjadi di areal yang dianggap oleh sebagian orang sebagai makam Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad atau populer dengan sebutan Mbah Priok. Hal ini dikatakan Amin Assalam, Ketua Komisi Pendidikan MUI Jakut dalam jumpa pers di kantor MUI Jakut, Rabu (13/7), menyikapi penyekapan dan penganiayaan seorang ustadz oleh penjaga makam Mbah priok.

Berdasarkan hasil penelitian, banyak praktik penyimpangan akidah yang terjadi di makam Mbah Priok. Seperti ada sugesti yang sengaja disebarkan kepada anak-anak remaja, kalau ujian sekolah itu tidak perlu belajar, cukup minum air Mbah Priok pasti lulus,” kata Amin kepada wartawan.

Bahkan, kata Amin, penjaga makam Mbah Priok mengeluarkan pernyataan sesat bahwa sumber air yang berada di makam Mbah Priok terhubung dengan air Zam-zam yang berada di tanah suci Mekkah.

“Makam Mbah Priok menimbulkan banyak mudaratnya dibanding manfaatnya,” jelasnya.
Meski, terjadinya banyak penyimpangan akidah, MUI Jakut tidak memiliki wewenang untuk menutup makam tersebut. MUI Jakut, hanya bisa memberi saran-saran dan melakukan pembinaan terhadap masyarakat.

Penyekapan dan Penganiayaan

Sementara itu, MUI dan sejumlah pimpinan ormas Islam Jakut dalam pernyataan sikapnya mengutuk tindakan kekerasan dan premanisme terhadap seorang guru ngaji bernama Yusuf Nur atau biasa dipanggil Ustadz Uci yang dilakukan sekelompok orang di area makam Mbah Priok.

Kronologis kejadian penyekapan tersebut diceritakan Beni Biki, yang mewakili keluarga Ustadz Uci, berawal saat Nur Yusuf disekap salah satu pengurus kompleks makam Mbah Priok karena dituding ingin menolong tetangga yang anaknya tidak pulang-pulang selama delapan hari.

“Karena Ustadz Nur Yusuf ini aktif juga di makam Mbah Priok, lalu ia menuju ke makam untuk mencari anak yang hilang itu. Dan ternyata memang benar ada di sana,” ungkap Beni.

Beni menambahkan, Ustadz Nur Yusuf mendatangi Makam Mbah Priok pada Kamis, 30 Juni 2011 dengan tiga temannya. Saat Uci ingin membawa anak itu pulang, ternyata tidak diizinkan pengurus makam karena dijaga dua orang.

Tak lama berselang, jelas Beni, Uci dipanggil oleh seorang pengurus makam. Ustadz Nur Yusuf langsung dimasukkan ke ruangan gelap dan dianiaya oleh beberapa pengurus Makam Mbah Priok. "Ketiga rekannya mendengar Ustadz Nur Yusuf berteriak takbir, namun mereka mengira ustadz sedang berzikir,” jelasnya.

Setelah dua hari Uci tak kunjung pulang, keluarga pun panik dan mencari keberadaanya. Keluarga juga melaporkan hal ini ke Polres Jakarta Utara pada Minggu 3 Juli 2011 dalam kondisi tubuh penuh luka.

“Ustadz Yusuf mengaku dipukuli, disundut rokok. Dalam kondisi dipukuli, tangannya diborgol, hingga tangannya patah. Giginya juga dicabut secara paksa empat buah, sehingga saat ini Ustadz Nur Yusuf masih dalam perawatan di RS Kramat Jati (RS Polri),” paparnya.* SAHID

Tidak ada komentar:

Posting Komentar