Tampilkan postingan dengan label Sejarah Mbah Priok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Mbah Priok. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Juli 2011

Satpol PP Dikeroyok Warga Penghuni Bekas Komplek Makam Mbah Priok

Tampak Satpol PP sekarat, akhirnya meninggal usai DIKEROYOK warga yang tak mau direlokasi bersama  makam Mbah Priok

Seorang warga yang menolak direlokasi bersama makam mbah priok, membacok Satpol PP
Tak ada yang mampu menolong Satpol PP ini dari amukan warga bekas komplek makam Mbah Priok

Senin, 18 Juli 2011

Sejarah HOAX Mbah Priok

Mari membuka tabir hoax seputar Mbah Priok

1. Sejarah penamaan Tanjung Priok yang berasal dari Priok yang menyelamatkan Habib Al-Haadad dari tenggelamnya kapal lalu kemudian prioknya ditanam disamping makam, lalu di atas priok itu tumbuh pohon, adalah hoax.

Penjelasan : Sebenarnya, nama Tanjung Priok berasal dari abad 1 Masehi, ketika itu masyarakat pribumi yang masih primitif dan belum mengenal Perahu layar yang besar menyebut perahu Bangsa china dan Arab dengan nama Sampan Priok, yang artinya Periuk raksasa. Perahu-perahu itu bersandar di pantai yang luas, sehingga disebut Tunjung Periok, artinya Tanah tempat Periuk besar. Pada abad-abad selanjutnya, secara kebetulan pula perdagangan meningkat, masyarakat setempat yang banyak pengrajin Periuk menimbun barang dagangan mereka di atas rakit-rakit bambu di pantai.

2. Habib Al-Haadad lahir pada 1727 dan wafat pada 1756 adalah hoax

Penjelasan : Habib Al-Haadad adalah keturunan ketiga (cicit) dari SUltan Hamid dari Palembang. Sultan Hamid sendiri wafat pada 1820 dalam usia 70 tahun (lahir 1750), bagaimana mungkin cicit duluan lahir daripada kakek buyut?

3. Habib Al-Haadad adalah salah satu pe-nyiar agama di Jawa adalah hoax

Penjelasan : Habib Al-Haadad memang berniat untuk melakukan syiar agama di Pulau Jawa. Dia mendengar kisah Faletehan dan Para Wali, sehingga merasa terpanggil untuk datang ke Jawa.

Pada usia yang sangat muda ia berangkat ke Nusa Kelapa (Jakarta). Tapi di tengah perjalanan kapalnya karam, dan diapun selamat karena tertolong periuk yang dipakainya buat menopang samapai ke pantai. Setibanya di Pantai, dia ditolong masyarakat. Diapun mengakui bahwa dia keturunan Sultan Palembang yang ingin melakukan syiar di Jawa. Mendengar hal itu masyarakat setempat menjadi senang, karena kebetulan mereka membutuhkan seorang habib untuk mendampingi Para Habib di Priok.
Dia sendiri tidak pernah melakukan syiar agama kemana-mana, dia hanya menjadi penceramah agama di daerah Tanjung Priok sampai meinggal setahun setelah selamat dari tenggelam itu.

4. Tanah Makam adalah milik Habib Al-Haadad adalah hoax.

Penjelasan : Habib Al-Haadad adalah Habib ke 11 yang dimakamkan disana. Habib pertama yang dikubur disana adalah Habib Abdullah bin ALatas, seorang Habib dari Kebun Jeruk yang meninggal pada 1760, selanjutnya masih ada 9 Habib lainnya sebelum terakhir adalah Mbah Priok. Yang paling terkenal dari 11 itu adalah Habib Luar Batang yang hidup pada masa bersamaan dengan Habib Al-Haadad. Habib Luar Batang sangat dihormati oleh orang Betawi, bahkan narasumber (Ridwan Saidi) diberi nama Ridwan oleh Habib Luar Batang ini pada awal abad 19.
Keturunan 10 Habib sudah pernah menyerahkan tanah makam tersebut kepada Pemerintah Belanda dan Indonesia karena makam tersebut sudah bercampur baur dengan makam masyarakat.
Kecuali (orang yang mengaku) sebagai Ahli Waris Habib Al-Haadad, justru mengajukan SUrat Hak Evigendoom.

5. Habib Al-Haadad punya keturunan adalah hoax,

Penjelasan : Habib Al-Haadad sampai saat wafatnya belum pernah menikah, apalagi sampai punya keturunan, sehingga dipertanyakan, siapa sebenarnya orang-orang yang mengaku Ahli Warisnya?

6. TPU Semper sudah memiliki 11 Makam Habib sejak 1997, sehingga dipertanyakan, kalau memang jasad Mbah Priok masih di Koja, lalu siapakah yang dipindah dan dimakamkan di Semper?

dari kicauan di forum detik 

Selasa, 20 Juli 2010

Two killed, dozens injured in clashes in Indonesia

JAKARTA-Two people were killed and dozens injured in clashes in Jakarta on Wednesday between security forces and people protesting at the bulldozing of a cemetery containing the remains of a Muslim scholar.
Police fired tear gas, pepper bullets and water cannon to disperse dozens of men armed with machetes and sticks who had massed in the clashes that lasted all day, witnesses said.
It left the area near Jakarta's international port looking like a war zone, with blood-stained streets and burning police vehicles sending black smoke into the sky.
"Two people died and more than 50 were injured... the number may rise," national police spokesman Zainuri Lubis told reporters.
City spokesman Cucu Ahmad Kurnia earlier gave a higher injured toll.
"Seven people have been critically injured... one (security officer) had his hand cut off and another had his stomach ripped out with a machete," Kurnia told AFP.
"Another 83 people had serious and light injuries, mostly head injuries from being pelted with rocks," he added.
Most of the injured were members of the security forces, he added.
An AFP photographer saw members of the public order force -- which is different from the regular police -- beating, clubbing, kicking and stomping on injured protesters.
Demonstrators were also seen hitting security officers with sticks and stamping on those who fell.
Kurnia described the situation as "anarchic" and promised to negotiate with local residents about changes to the cemetery.
"They've misunderstood... we're not removing the tomb but only the old buildings and gate," he said.
"We've stopped the demolition and will resume negotiations with demonstrators another time."
Protesters say the revered Habib Hasan bin Muhammad Al Hadad, also known as Mbah Priok, helped spread Islam in North Jakarta in the 18th century, according to the Jakarta Globe newspaper.
Visitors to his tomb believe their wishes will be granted if they pray there. (AFP)